image







Perubahan Histologik Jaringan Hypofise Kelinci Jantan Setelah Mendapat Suntikan Tunggal Hormon Testosteron (2)

Sharrer dan Yamada (Williams, 1967) mendapatkan adanya suatu benda-benda neurosekresi di dalam plexus dari sistema porta hypofise, dan diduga bahwa benda-benda tersebut adalah Releasing Factor. Dengan demikian ternyata bahwa hypothalamus memegang peranan penting di dalam interaksi antara hypofise dan target organ (More, di dalam Brooks, 1961).

Pengeluaran tropik hormon dari hypofise dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di bawah ini:

Releasing Factor yang dihasilkan oleh hypothalamus
Feedback negatip dari target organ

Kelenjar kelamin sebagai target organ dalam aktipitasnya dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh sel-sel gonadotrop dari pars distalis hypofise. Pada binatang jantan, gonadotrop dari pars distalis hormon yang mempengaruhi testis ialah FSH (Follicle Stimulating Hormon) dan ICSH (Interstitial cell Stimulating Hormon).

FSH memepngaruhi spermatogonium di dalam pertumbuhannya sampai spermatosit ordo II. ICSH memacu spermatosit ordo II sampai terbentuk spermatozoon (pemasakan). Selain ini, ICSH juga bekerja pada sel interitiil Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Testosteron ini sebagai hormon andrigen akan memacu pertumbuhan alat-alat kelamin sekunder. Testosteron juga akan bekerja menghambat sekresi gonadotropin dari hypofise (William, 1967).

Struktur histoligik hypofise terdiri dari sel-sel Chromofil dan chromofob. Sel chromofob adalah sel-sel yang tidak mengambil zat warna sama sekali. Sel ini kecil bergranula halus yang tidak bereaksi terhadap zat warna. Dengan menggunakan pewarnaan khusus yaitu Orang G dan Azocarmine maka sel-sel asidofil dapat dibedakan atas orangeofil dan carminofil mengeluarkan hormon prolaktin.

Sel-sel basofil dengan pewarnaan PAS akan bereaksi positif, berwarna merah ungu gelap, berarti bahwa sel basofil di dalam sitoplasmanya mengandung granula glycoprotein. Dengan membedakan bentuknya, dapat dibedakan dua macam sel basofil, ialah sel beta basofil yang berbentuk trianguler/irreguler; sitoplasmanya mengandung granula halus labih kurang 100 mU. Sel ini menghasilkan hormon thyreotrop. Macam sel yang kedua ialah delta basofil, berbentuk bulat atau oval, mempunyai granula yang kasar dalam sitoplasmanya, kurang lebih 150 mU. Sel ini manghasilkan hormon gonadotrp.

Sel chromofil diduga berasal dari transformasi sel-sel chromofob. Bila sel Chromofil mengalamai de-granulasi, maka sel chromofil ini tidak mengambil zat warna yang diberikan.

Sumber: Perubahan Histologik Jaringan Hypofise Kelinci Jantan Setelah Mendapat Suntikan Tunggal Hormon Testosteron (1) oleh R Soewarsono dkk Fakultas Kedokteran UGM (1975)


Artikel Terkait:

lintasberita

0 komentar:

Posting Komentar