image







Kebutuhan Gizi Kelinci Untuk Masa Pertumbuhan

Kebutuhan gizi kelinci telah dipublikasi oleh NRC (1977) dan yang lebih akhir dipublikasi oleh Lebas (1979) (disitasi oleh Cheeke dan Patton, 1981). Kebutuhan-kebutuhan gizi ini erat hubungannya dengan energi yang dapat dicerna. Omole (1982) menganjurkan tingkat protein sebesar 180-220 g/kg ransum, namun lebas (1979) dan Spreadbury (1978), keduanya merekomendasikan hanya 150 g protein/kg ransum, untuk kelinci yang sedang tumbuh. Spreadbury (1978) selanjutnya menyatakan bahwa lysine dan asam-asam amino berbelaerang dibutuhkana, masing-masing sebanyak 9,4 dan 6,2 g/kg ransum. Sedangkan Lebas hanya menganjurkan 6 dan 5 gram.

Dalam penetapan kebutuhan protein dan asam amino, ternyata bahwa ransum yang disusun oleh Spreadbury mengandung 13 MJ DE (digestible energy)/kg. Nyata bahwa jatah protein dan asam-asam amino berhubungan dengan jumlah tinja lunak yang didaur ulang dan selanjutnya berkaitan dengan serat kasar yang terkandung dalam ransum. Lang (1981a) melaporkan bahwa kebutuhan protein untuk kelinci yang sedang tumbuh adalah 6 g/kg ransum.

Kelinci tampaknya mampu untuk menyesuaikan konsumsi pakannya untuk memenuhi konsumsi energi yang kebutuhannya relatif tetap (Cheeke, 1981). Beberapa peneliti telah melihat pengaruh-pengaruh perubahan kandungan energi dalam ransum. Evans (1981) membandingkan tingkat-tingkat energi dan serat kasar dalam ransum dan hasilnya menunjukkan bahwa kelinci dari umur 4-10 minggu tumbuh lebih cepat (P<0,05) pada pakan berenergi tinggi (15 MJ DE/kg) dari pada pakan berenergi rendah (13,8 MJ DE/kg). Ransum yang mengandung serat kasar tinggi (128 g/kg) menunjang pertumbuhan lebih baik daripada ransum berserat kasar rendah (103 g/kg). Efisiensi penggunaan pakan bervariasi dari 2 sampai 2,3. Penelitian lain (Butcher dkk. 1981) menunjukkan bahwa hanya bila DE dikurangi sampai 7,2 MJ/kg terjadi pengurangan pertumbuhan yang nyata dari kelinci-kelinci ini. De Blas dkk. (1981) menganjurkan bahwa rasio optimum DE terhadap protein kasar (g) adalah 98 kJ untuk kelinci yang sedang tumbuh. Nilai ini sedikit lebih tinggi dari 83 kJ, nilai yang dilaporkan oleh Spreadbury (1978). Nilai ini sedikit lebih tinggi dari 83 kJ, nilai yang dilaporkan oleh Spreadbury (1978). Oleh karena adanya sintesa dalam caecum dan juga karena sifat caecotrophynya, maka kelinci hanya membutuhkan sedikit vitamin B, dan untuk ransum yang terdiri banyak hijauan, nampaknya tidak diperlukan tambahan vitamin (Harris dkk. 1983a). Seperti telah diutarakan kelihatannya, serat kasar esensial untuk kelinci. Lebas (disitasi oleh Cheeke dan Patton, 1981) menganjurkan bahwa kandungan protein kasar dalam ransum tidak melebihi 2% dari kadar serat kasarnya. Bentuk ransum juga mempengaruhi pertumbuhan. Harris dkk. (1983b) melaporkan bahwa pada kelinci yang diberi pakan secara prasmanan (choice-feeding), lebih menyukai pakan dalam bentuk pelet daripada dalam bentuk tepung atau butiran. Kelinci yang diberi pakan dalam bentuk pelet bertambah beratnya sebesar 43 g/hari, dan yang bukan pelet hanya 29 g/hari. Sumber: Potensi Ternak Kelinci Sebagai Penghasil Daging, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (1984)


Artikel Terkait:

lintasberita

0 komentar:

Posting Komentar