image







Penyakit yang Biasa Terjadi Pada Kelinci

Jumlah kematian pada kelinci yang disebabkan oleh penyakit sangat tinggi. Diperkirakan antara 15 sampai 40% kematian terjadi dari kelahiran sampai penyapihan (Lang, 1981b). Dalam usaha komersial, kira-kira 20% kematian untuk semua jenis kelinci yang dilahirkan (Cheeke dan Patton, 1981), meskipun pada usaha-usaha peternakan lain dapat mencpai 50%.

Enteritis Kompleks

Kedalam istilah ini termasuk kondisi-kondisi dari sebab-sebab yang tidak diketahui, yang sering terjadi dalam bentuk diarhea (Whitney, 1970; Grobner, 1982). Penyakit yang kompleks ini merupakan penyebab kematian yang paling umum pada kelinci di peternakan (Portsmouth, 1977). Suatu keadan 'enterotoxemia' yang disebabkan oleh sejumlah organisme termasuk Escherichia coli (Prescot, 1978) dan Clostridium perfringens (Cheeke dan Patton, 1980) yang menghasilkan racun. Toksin-toksin ini mungkin merusak lapisan dalam saluran usus dan menyebabkan diarhea. Akhir-akhir ini Bondon dan Prohaska (1980) menunjukkan bahwa sejenis virus juga dapat menyebabkan enterotoxemia pada kelinci. Cheeke dan Patton (1980) telah mengajukan teori kelebihan muatan karbohidrat dalam ransum kelinci. Ransum yang mengandung banyak biji-bijian dan sedikit jumlah serat kasar tampaknya sering dihubungkan dengan kejadian enterotoxemia. Namun Cheeke dan Patton (1981) memperingatkan bahwa kandungan serat kasar yang tinggi (>20%) dapat menyebabkan enteritis mukosa. Kejadian ini diamati pada ransum yang mengandung sejumlah serat (15-20%) yang dusuplementasi dengan jerami olahan (hay) atau bahan-bahan yang berkadar serat tinggi. Enterotoxemia pada kelinci dapat dikurangi dengan menambahkan tembaga sulfat (CuSO4) > 350 ppm dalam ransum (Patton dkk. 1982).

Pasteurollis

Pasteurollis merupakan penyakit yang paling gawat yang terdapat pada ternak kelinci. Penyakit ini lebih sering terjadi pada kelinci betina dan kelinci dewasa. Penyakti ini menyerang kelinci melalui beberapa cara, tetapi umumnya disebabkan oleh Pasteurella multocida, mulai dari saluran pencernaan bagian atas. Infeksinya kemudian menjalar pada organ-organ pada organ-organ lain, terutama uterus, testicles, kelenjar susu dan lain-lainnya. Kondisi yang paling umum adalah sinusitis (sinuffles) dan tampaknya berhubungan dengan ventilasi yang kurang baik, yang menyebabkan akumulasi amoniak dan kelembaban yang tinggi. Patton dkk. (1980) melaporkan bahwa kadar amoniak yang tinggi turut bertanggung jawab atas terbiaknya organisme yang menyebabkan snuffles. Pembuangan kotoran yang lebih sering, dikombinasikan dengan ventilasi yang baik tampaknya mengurangi kehadiran penyakit kareana pasteurellosis.

Dalam masa mendatang, penyakit-penyakit pasteurellosis ini dapat dikurangi dengan adanya vaksin (Chengappa dkk. 1980) dan juga pengembangan kelinci yang tahan terhadap pasteurella (Cheeke, 1981b), sehingga hasil pertumbuhan akan lebih baik dan mengurangi tingkat kematian (Anon, 1982).

'Young doe syndrome'

Penyakit ini tampak terjadi pada kelinci-kelinci betina pada kelompok kelahiran (litter) yang pertama dan kedua. Patton dan Cheeke (1980) mengutarakan bahwa ada 2 penyebab penyakit ini. Yang pertama adalah 'septicemia' sebagai akibat dari 'mastitis' yang menyebabkan inflamasi kelenjar susu. Penyebab utamanya adalah Staphyloccus aureus. Organisme ini memasuki kelenjar susu melalui luka pada kelenjar atau puting susu. Sebab yang kedua mungkin karena adanya praktek pemberian pakan yang berenergi atau berkadar bijian tinggi dan perubahan dari suatu program pemberian pakan terbatas ke ad libitum pada waktu melahirkan. Enterotoxemia kemudian berkembang seperti diutarakan di atas. Patton dan Cheeke (1980) merekomendasikan suatu program pemberian pakan dalam usaha meminimumkan pengaruh perubahan cara pemberian pakan.

Kokkidiosis

Penyakit ini termasuk penyakit yang berbahaya pada kelinci, terutama bila kelinci dipelihara di atas lantai. Untuk mengurangi kematian karena kokkidiosis, kelinci umumnya dipelihara dalam kandang berlantai kawat atau sistem baterai. Kokkidiostat, obat kokkidiosis, sering juga disertakan dalam pakan kelinci. Kokkidiosis dapat menjadi faktor penyebab timbulnya enteritis dan kematian.

Skabies

Penyakit ini desebabkan oleh ektoparasit (Sarcooptes scabiei, Notoedres cati) yaitu sejenis kutu yang umum terdapat pada ternak kelinci di Indonesia. Penyakit ini dapat diketemukan terutama pada peternakan-peternakan yang keadaanya kurang higienis, disamping itu penyakit ini cepat menyebar serta dapat menulari manusia.

Sumber: Potensi Ternak Kelinci Sebagai Penghasil Daging, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (1984)


Artikel Terkait:

lintasberita

0 komentar:

Posting Komentar