image







Perubahan Histologik Jaringan Hypofise Kelinci Jantan Setelah Mendapat Suntikan Tunggal Hormon Testosteron (3)

Testosteron:
Ekstrak testis di dapatkan mula-mula oleh Brown dan Sequard pada tahun 1889. Ekstrak ini mempunyai efek androgenik pada binatang yang telah di-kastrasi. Kemudian testosteron dapat di-isolasi oleh David et. al. pada tahun 1935 (Von Euler, 1963).
Testosteron mampunyai efek sebagai berikut:
Anatomik: - pertumbuhan jaringan dari alat kelamin sekunder; antara lain glandula prostata, glandula vesiculosa, penil dll; - perumbuhan otot (volume otot bertambah);- pertumbuhan rambut; - pertumbuhan ginjal.
Biokemik: - menaikkan kadar enzym arginase dan alkaline fosfatase; - menaikkan metabolisme dalam alat kelamin sekunder; - metabolik efek: sintesa protein naik.
Neurologik: - mempengaruhi erektabilitas penis; - memacu agresivitas pada laki-laki; - menyebabkan euphoria.
seperti telah diketahui bahwa sekresi hormon testosteron oleh sel-sel interstitiil Leydig dipengaruhi oleh hypofise. Sehingga apabila dilakukan hypofisektomi pada binatang percobaan akan terjadi atrofi dari testisnya. Sebaliknya apabila pada binatang percobaan dilakukan gonadoktomi/kastrasi, akan terjadi hypersekresi dari gonadotropin oleh sel-sel delta basofil hypofise, (Brooks, 1961). Pengamatan histologik menunjukkan pembengkakan sel-sel delta basofil serta banyak mengandung granula sekretoris (Bloom, 1970).
Williams (1967) mengadakan pengamatan pada manusia yang diberi testosteron propionat dengan dosis 25 mg/hari didapatkan: - gonadotropin di dalam urin berkurang sampai hilang, - terjadi perubahan besarnya testis, - terjadi azoospermia
Sedang biopsi pada testis menghasilkan:- pengecilan tubuli seminiferi, - hyalinisasi/fibrosis dari membrana tubuli, hypofise sel-sel germanativum, sel-sel interstitiil Leydig menghilang.
Apabila pemberian testosteron ini dihentikan, akan didapatkan lagi gonadotropin di dalam urine. Sedangkan testi akan kembali normal setelah 18-24 bulan. Tetapi ia tidak menyebutkan perubahan-perubahan yang terjadi pada sel-sel hypofise. Maka kami ingin mencoba mengadakan penelitian perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada sel-sel hypofise kelinci jantan setelah mendapat hormon testosteron sintetik tunggal dengan dosis yang relatif tinggi. Apabila ada perubahan-perubahan pada sel-sel hypofise, bagaimanakah sifat perubahan itu, untuk sementara ataukah tidak, dengan kata lain apakah perubahan-perubahan itu, yang mungkin terjadi itu reversibel ataukah irreversibel.
Interpretasi hasil analisa
Dari hasil pengamatan ternyata bahwa penyuntikan hormon testosteron tunggal dengan dosis tinggi terhadap kelinci jantan menunjukkan adanya perubahan-perubahan dalam susunan dan jumlah delta basofil, ternyata bahwa jumlah sel delta basofil menjadi berkurang. Mungkin ini desebabkan karena sekresi gonadotropin berkurang sampai terhenti, sebagai akibat dari berkurangnya atau tidak adanya Gonadotropin Releasing Factor dari hypothalamus karena kadar hormon testosteron dalam darah yang meninggi.
Hal ini jelas terlihat pada binatang yang dibunuh setelah 4 minggu penyuntikan. Tetapi binatang yang dibunuh 8 minggu setelah penyuntikan gambaran sel-sel delta basofil menunjukkan persamaan dengan gambaran pada binatang kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar hormon testosteron dalam darah telah mulai menurun, karena hormon-hormon testosteron sintetik yang disuntikkan hanya bekerja selama kira-kira 4 minggu.
Penurunan kadar testosteron dalam darah ini menyebabkanhypothalamus mengaluarkan Gonadotropin Releasing Factor lagi, sehingga sel-sel gonadotrop atau sel-sel delta basofil mulai mengadakan sekresi lagi. Dalam hal ini tidak dilakukan pengukuran kadaar gonadotropin dalam urine, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan penelitian Willeams (1967).
Kemungkinan lain ialah bahwa sel-sel selta basofil mengalami kerusakan tingginya dosis testosteron yang diberikan, sehingga tidak mensintesa gonadotropin lagi. Sedangkan telah kita ketahui bahwa sel-sel chromofil termasuk sep-sel delta basofil dapat berasal dari transformasi sel-sel chromofob. Sehingga mungkin sel-sel delta basofil yang baru berasal dari sel-sel chromofob.
Dalam hal sekresi gonadotropin, hypofise dapat dipengaruhi pula oleh lain-laiin faktor, misalnya cahaya, suhu dan lain-lain faktor luar. Salah satu usaha kami untuk mengatasi hal ini ialah dengan dosis yang relatif tinggi, sehingga perubahan-perubahan pada hypofise dapatlah kami anggap disebabkan oleh testosteron yang disuntikkan.
Dengan hasil-hasil sementara di atas, maka perubahn-perubahan/percobaan kami ini, maka kami dapat menyokong suatu cara untuk mengatur kelahiran, yaitu dengan pemberian testosteron sintetik dengan dosis yang tepat untuk menghambat FSH dan ICSH pada pria. Dengan berkurangnya FSH dan ICSH yang dihasilkan oleh hypofise akanterjadi hambatan terhadap spermatogenesis untuk sementara, karena sifat perubahan ini hanya sementara/reversible. Sehingga dengan penghentian pemberian testosteron akan timbul lagi FSH dan ICSH sehingga fungsi testis dalam spermatogenesis akan normal kembali. Tetapi untuk hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut.
Sumber: Perubahan Histologik Jaringan Hypofise Kelinci Jantan Setelah Mendapat Suntikan Tunggal Hormon Testosteron oleh R Soewarno dkk Fakultas Kedokteran UGM (1975)


Artikel Terkait:

lintasberita

0 komentar:

Posting Komentar