image







Sepuluh Perusahaan Idaman

Sepuluh besar perusahaan idaman versi Warta Ekonomi mencerminkan reputasi besar dan kemampuan memberikan penghasilan yang besar. Inilah wajah perusahaan-perusahaan yang menyilaukan mata para pekerja itu.

Sejak lima tahun lalu, sembilan nama perusahaan di halaman-halaman berikut ini boleh jadi sudah sering Anda temukan dalam liputan “Perusahaan Idaman” sebagai tempat bekerja pilihan karyawan versi Warta Ekonomi. Sesuai peringkatnya, kesembilan perusahaan ini mendampingi PT Astra International Tbk. (sebagai peringkat pertama) dalam peringkat 10 Besar Perusahaan Idaman tahun 2006. Dari tahun ke tahun, mereka selalu berhasil menarik minat para responden survei Perusahaan Idaman yang tahun ini berjumlah 1.000 orang. Ada banyak alasan yang diberikan responden saat memilih Astra sebagai perusahaan yang paling diidamkan untuk tempat bekerja tahun ini (peringkat pertama). Akan tetapi, cuma ada tiga alasan utama. Pertama, Astra adalah perusahaan besar (27,56% responden yang memilih Astra mengatakan hal ini). Mereka menyebut banyaknya kantor cabang, luasnya jangkauan pemasaran produk, dan besarnya pangsa pasar untuk menunjukkan “kebesaran” Astra. Kedua, ada jenjang karier yang jelas di Astra (17,43%). Ketiga, Astra memberikan penghasilan yang lebih besar kepada karyawannya dibanding perusahaan sejenis lainnya (15,91%).

Alasan utama itu pula yang menjadi benang merah yang menyatukan Astra dengan sembilan perusahaan lainnya yang masuk dalam 10 Besar Perusahaan Idaman 2006. Yaitu, bahwa mereka dipilih oleh sebagian besar responden karena alasan utama yang sama, yaitu karena mereka adalah perusahaan besar, seperti karena banyaknya bidang usaha yang dimiliki, jaringan distribusi yang luas, omzetnya yang besar, dan lain-lain.

Mungkin saja Anda tidak sependapat dengan para responden. Akan tetapi, dalam tulisan profil berikut ini akan ditunjukkan keistimewaan yang dimiliki kesembilan perusahaan idaman itu (yang masuk dalam peringkat 10 Besar Perusahaan Idaman 2006 setelah Astra) dan bagaimana persepsi responden terhadap mereka. Sebab, bagaimanapun, perusahaan yang menjadi idaman tentulah telah melampaui proses panjang untuk meraih prestasinya itu.
Peringkat 2: PT Unilever Indonesia Tbk.
Tahu yang Karyawan Mau

Perusahaan consumer goods asal Belanda ini membuat banyak program supaya karyawan betah dan meningkat kinerjanya.

Tak perlu cerita panjang lebar untuk soal kejelasan jenjang karier karyawan di PT Unilever Indonesia Tbk. Awal karier seluruh direksi lokalnya saat ini sudah menjelaskan dengan sendirinya. “Mereka semua adalah hasil program Management Trainee (MT) kami,” ujar Josef Bataona, human resources director PT Unilever Indonesia Tbk. Bahkan, sambung Josef, 70% pimpinan Unilever dengan level di bawah direktur juga merupakan hasil program MT.

Artinya, mereka dahulunya adalah fresh graduate yang direkrut Unilever melalui program MT. Setelah itu, mereka mulai menapaki berbagai jenjang karier hingga akhirnya berhasil duduk sebagai direktur.

Dikaitkan dengan hasil survei Warta Ekonomi tentang Perusahaan Idaman sebagai tempat bekerja tahun 2006, alasan kejelasan jenjang karier di Unilever (6,09%) juga menjadi salah satu alasan utama mengapa sebagian besar responden memilih Unilever sebagai perusahaan idaman 2006 di peringkat kedua setelah Astra. Selain itu, responden juga memberikan alasan utama karena Unilever merupakan perusahaan besar (13,85%), memberikan gaji yang lebih besar dibanding perusahaan sejenis (13,02%), dan sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya (11,36%).

Menurut Josef, Unilever memang sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. “Kami sadar karyawan memiliki banyak kebutuhan,” tutur Josef. Menurut dia, Unilever memiliki berbagai program balanced life yang bisa membuat karyawan betah bekerja dan meningkat kinerjanya.

Bagi karyawan pemula, masalah gaji dan fasilitas kerap menjadi prioritas kebutuhan. Untuk itu, Unilever berupaya menjaga fairness perolehan gaji mereka. Unilever juga memberikan berbagai bentuk penghargaan. Misalnya, untuk karyawan pemenang program Enterprise Award. Dalam program ini, karyawan diajak berkompetisi memberikan ide-ide kreatifnya untuk meningkatkan kinerja perusa¬haan. Penghargaan untuk pemenang program ini bisa berupa pengumuman pemenang di setiap komputer di Unilever, mendapatkan bonus satu kali gaji, liburan ke luar negeri, kenaikan karier, maupun bentuk penghargaan lainnya.

Berbagai fasilitas untuk karyawan juga disediakan, seperti fitness center, nursery, dan tempat pertemuan santai. Unilever pun rutin menyelenggarakan acara Pekan Olah Raga dan Family Day. “Dunia Fantasi pernah kami booking selama setengah hari hanya untuk karyawan Unilever,” ujar Josef.

Dengan berbagai program itu, tak heran jika karyawan Unilever tergolong betah bekerja di perusahaan yang mampu membukukan laba bersih Rp877,9 miliar pada semester I 2006 lalu ini (naik 9% dibanding laba bersih semester I 2005 yang sebesar Rp805,3 miliar). Rata-rata turnover di Unilever hanya 1% per tahun. “Bahkan, untuk karyawan level bawah boleh dibilang nyaris tidak ada yang keluar,” tandas Josef. FADJAR ADRIANTO

------------ ---

Status : PMA

Sektor usaha : Consumer goods

Jumlah karyawan: 3.000 (Indonesia)

Peringkat 2005 : 3

------------ ---
Peringkat 3: PT Bank Central Asia Tbk.
Pamornya Kembali Bangkit

BCA melompat naik tujuh tingkat sebagai perusahaan idaman tempat bekerja.

Pada 8 Juli 1998, sewaktu BCA masih milik Keluarga Salim, pernah terjadi protes dari puluhan karyawan BCA di Magelang dan tujuh kantor cabang pembantu BCA di eks Karesidenan Kedu. Mereka menuntut persamaan gaji dan menghendaki penentuan jabatan karyawan BCA didasarkan pada pendidikan, kemampuan, pengalaman, dan masa kerja. Bukan berdasarkan pertimbangan lain yang tidak semestinya.

Mengapa protes itu bisa terjadi? Ada penjelasan yang mengatakan bahwa saat itu BCA masih terkesan menggunakan manajemen keluarga, walaupun merupakan bank swasta terbesar di Indonesia. Cerita selanjutnya adalah pamor BCA sebagai perusahaan bergengsi makin merosot seiring terjadinya krisis ekonomi 1997. Puncaknya, pada Mei 1998 BCA mengalami rush penarikan dana oleh para nasabahnya. BCA akhirnya harus masuk ke “klinik” BPPN untuk direkapitalisasi.

Namun, cerita suram BCA kemudian berubah. Program rekapitalisasi BCA berjalan sukses-walaupun Keluarga Salim kemudian tinggal memiliki 1,77% saham di BCA. Dari sisi aset, BCA adalah bank nasional terbesar kedua setelah Bank Mandiri. Total nilai aset BCA sebesar Rp150,74 triliun per Desember 2005.

Kinerja BCA juga terus membaik. Semester I 2006 BCA berhasil meraih laba bersih Rp2,04 triliun atau tertinggi dari seluruh bank di Indonesia. BCA mampu mengalahkan laba bersih BRI yang sebesar Rp2,008 triliun. Padahal, tahun lalu laba bersih BRI adalah yang tertinggi yakni sebesar Rp3,808 triliun, dan BCA berada di posisi kedua dengan Rp3,597 triliun.

Tak hanya itu. Di mata 1.000 karyawan yang menjadi responden survei Warta Ekonomi, BCA berhasil duduk di peringkat ke-3 sebagai perusahaan idaman tempat bekerja, setelah Astra dan Unilever. Ini melompat tujuh tingkat dari posisi ke-10 pada 2005. Dari total 5,6% responden yang memilih BCA, 34,85% di antaranya menyebutkan adanya jenjang karier yang jelas di BCA merupakan alasan mereka memilih BCA. Selain itu, 32,12% menyebut karena tingginya tingkat kesejahteraan jika bekerja di BCA.

Lena Setiawati, corporate secretary BCA, menjelaskan BCA memiliki program leadership management yang memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan karier profesionalnya, sehingga akan berdampak juga pada peningkatan kinerja mereka. Walau tak bersedia menyebutkan secara gamblang standar gaji untuk karyawan fresh graduate, manajer, dan direksi di BCA, Lena menegaskan BCA menggunakan benchmarking dari salary survey untuk menyesuaikan standar gaji karyawan. “Kami juga menerapkan reward dan punishment berdasarkan pencapaian kinerja karyawan,” ungkap Lena. HOUTMAND P. SARAGIH

------------ --

Status : PMDN

Sektor usaha : Bank

Jumlah karyawan: 21.033 (2004)

Peringkat 2005 : 10

------------ --
Peringkat 4: PT Pertamina
Sekali Masuk Tak Ingin Keluar

Tak pernah terlempar dari 10 besar. Pertamina menjanjikan kemapanan hidup.

Lima tahun lalu, Heri (35 tahun) meninggalkan perusahaan sekuritas untuk bekerja di Pertamina. Ayah dua anak itu tak pernah menyesali keputusannya. Ia justru merasa sangat beruntung. Bagaimana tidak, baru masuk saja gajinya lima kali lipat dari yang ia terima di perusahaan sebelumnya. Kini, dengan posisi supervisor, ia telah memiliki rumah dan mobil. “Walaupun hanya Xenia,” canda karyawan Pertamina Surabaya itu.

Lain lagi dengan Heni (27 tahun). Mantan karyawati di bank pelat merah itu merasa nyaman dengan pekerjaannya sekarang sebagai staf akuntansi di Pertamina. Meski baru setahun, ia mengaku tak akan mau berpaling ke “lain hati” lagi. Dengan gaji di atas Rp5 juta, biaya pengobatan gratis, plus fasilitas-fasilitas lain, wanita yang masih lajang itu merasa semua impiannya tentang perusahaan ideal telah terpenuhi.

Hasil survei Warta Ekonomi ikut mendukung pernyataan Heri dan Heni. Sebanyak 22,16% responden memang memilih Pertamina karena alasan gaji. Namun, alasan terbesar justru karena perusahaan negara ini dianggap mapan (33,74%). Sementara itu, faktor fasilitas hanya menempati urutan ke-3 (15,57%).

Sebenarnya perusahaan yang telah berganti logo ini turun peringkatnya dari posisi ke-2 tahun lalu ke posisi ke-4. Namun, dari lima tahun survei Warta Ekonomi, Pertamina merupakan satu dari tiga perusahaan yang tak pernah keluar dari 10 besar. Ini menunjukkan besarnya kepercayaan responden kepada perusahaan yang sekarang dikomandoi Arie H. Soemarno ini.

Melihat ke belakang, tahun 1957 merupakan tonggak kelahiran Pertamina. Awalnya Pertamina hanya memiliki wewenang sebatas mengawasi eksplorasi minyak oleh PMA. Kemudian wewenangnya meningkat, yakni mengatur proses distribusi minyak ke seluruh Indonesia. Kini bisnis minyak Pertamina telah menggurita dari hulu hingga ke hilir.

Di industri hulu, usahanya meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Eksplorasi minyak Pertamina terpusat di tujuh daerah, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam - Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua. Sementara eksplorasi panas bumi berada di tiga area, yaitu Sibayak di Sumatera Utara, Kamojang di Jawa Barat, dan Lahendong di Sulawesi Utara. Usaha hilir Pertamina meliputi pengolahan, pemasaran, perniagaan, pengapalan, dan distribusi minyak.

Pertamina juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha. Beberapa di antaranya, PT Elnusa (minyak dan gas bumi), PT Patra Jasa (perhotelan dan properti), PT Pelita Air Service (jasa transportasi udara), dan PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi). PRAYOGO P. HARTO

------------ ----

Status : BUMN

Sektor usaha : Pertambangan minyak

Jumlah karyawan : 26 ribu

Peringkat 2005 : 2

------------ ----
Peringkat 5: PT Bank Mandiri Tbk.
Yang Penting Bergengsi

Bisa bekerja di bank sebesar Bank Mandiri merupakan kebanggaan tersendiri. Apalagi karyawan diberi peluang dan insentif mengembangkan diri di sana.

Banyak orang bercita-cita untuk bekerja di perusahaan BUMN. Persoalannya sederhana, mereka percaya apabila bekerja di BUMN hidup mereka akan lebih terjamin. Soal kesejahteraan, juga jelas tidak perlu diragukan lagi. Selain itu, ada kebanggaan tersendiri (prestige) bisa bekerja di BUMN.

Salah satu BUMN yang menjadi idaman sebagai tempat bekerja adalah Bank Mandiri. Hasil survei Warta Ekonomi terhadap 1.000 karyawan se-Jabotabek menunjukkan 3,2% responden memilih Bank Mandiri sebagai perusahaan idaman atau duduk di peringkat ke-5. Ini naik tiga tingkat dari peringkat ke-8 tahun lalu.

Sebanyak 31,63% dari responden yang memilih Bank Mandiri itu beralasan Bank Mandiri adalah perusahaan besar. Tentu saja ini tak bisa disangkal. Bank Mandiri adalah pemilik aset terbesar di industri perbankan nasional, yakni Rp263,38 triliun. Meskipun bank pelat merah ini masih berkutat dengan persoalan kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) yang masih cukup tinggi, sebesar 24,9% pada semester I 2006.

Bank Mandiri juga dianggap bisa memberikan kesejahteraan bagi para karyawannya. Ada 27,11% dari responden yang memilih Bank Mandiri menyatakan alasan tersebut.

I Nengah Rentaya, senior vice-president human capital group Bank Mandiri, menjelaskan tingkat kesejahteraan karyawan Bank Mandiri sudah sesuai dengan standar industri. “Perusahaan memberikan kompensasi dan benefit yang baik kepada karyawan, mulai dari level fresh graduate hingga level manajerial, sesuai dengan pasar,” ujarnya.

Akan tetapi, jika ingin dibayar lebih, harus ada prestasi. Bank Mandiri berprinsip pay-for-performance atau kasarnya dibayar sesuai prestasi. Sistem kompensasi dan benefit dapat disesuaikan bagi karyawan yang berkinerja di atas rata-rata dan berpotensi tinggi. Hal tersebut dilakukan guna menjaga iklim kompetisi karyawan serta mendorong motivasi kerja, loyalitas, dan komitmen karyawan.

Selain itu, 25,95% dari responden yang memilih Bank Mandiri melihat ada jenjang karier yang jelas jika bekerja di Bank Mandiri. Hal tersebut diamini oleh Rentaya. Melalui sistem talent management dan leadership development, Bank Mandiri memberi peluang bagi setiap karyawannya untuk mengembangkan diri. “Sistem ini terfokus pada pengembangan kompetensi,” tutur Rentaya. Harapannya, tentu saja terjadi peningkatan produktivitas. HOUTMAND P. SARAGIH

-----------

Status : BUMN

Sektor usaha : Bank

Jumlah karyawan: 21.192

Peringkat 2005 : 8

-----------
Peringkat 6: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom)
Gajinya Menggiurkan

Gaji besar, perusahaan besar, dan jenjang karier jelas adalah tiga alasan utama BUMN telekomunikasi ini menjadi incaran para karyawan.

Gaji direksi Telkom mencapai Rp108 juta per bulan! Angka ini jelas menggiurkan. Tak salah anggapan banyak orang bahwa gaji di BUMN telekomunikasi ini pasti besar. Hal itu pula yang membuat perusahaan yang berdiri sejak 1882 ini menjadi idaman para karyawan sebagai tempat bekerja.

Sejak tahun 2001 Telkom selalu masuk dalam daftar peringkat atas perusahaan idaman karyawan dalam riset Warta Ekonomi. Demikian juga tahun ini. Hasil riset Warta Ekonomi pada 2006 menunjukkan 3% dari 1.000 responden mengidamkan bekerja di Telkom. Dari angka tersebut, 48,44% menyebutkan alasan karena penghasilan di Telkom tinggi, 24,54% karena Telkom merupakan perusahaan besar, dan 13,84% karena jenjang karier di perusahaan pelat merah ini jelas.

Nanang Harjendra, asisten manajer analis bisnis PT Telkom Tbk., menuturkan penghasilan yang ia terima memang lebih besar dibandingkan di perusahaan lain yang sejenis. “Tidak terlalu tinggi, tetapi memang lebih tinggi sedikit,” ujar pria yang telah berkarier selama 10 tahun di Telkom itu. Dari sisi kesejahteraan pun, menurut dia, Telkom lebih unggul. “Sesakit dan separah apa pun kondisi kesehatan kita, tetap ditanggung seluruhnya oleh perusahaan. Berbeda dengan di tempat lain yang ada limitnya.”

Mengenai jenjang karier, pria berusia 34 tahun itu mengungkapkan bahwa di Telkom juga sangat menjanjikan. Ia mencontohkan salah satu rekan seangkatannya yang dalam 10 tahun telah berhasil menjadi vice-president.

Secara performa, perusahaan yang sahamnya terdaftar di New York Stock Exchange, London Stock Exchange, dan Tokyo Stock Exchange ini memang menghasilkan keuntungan yang besar. Pada semester I 2006, Telkom berhasil membukukan laba bersih Rp5,8 triliun atau naik 53% dibanding laba bersih pada periode yang sama tahun 2005. Telkom pun mematok target tinggi pada tahun 2010, yaitu memperoleh kapitalisasi pasar senilai US$30 miliar.

Tahun ini Telkom juga telah meraih beberapa prestasi bergengsi, baik di tingkat nasional maupun global. Salah satunya adalah keberhasilan Telkom duduk di peringkat ke-12 dalam deretan perusahaan teknologi informasi (TI) terbaik di dunia versi majalah BusinessWeek. Pemeringkatan itu berdasarkan kinerja perusahaan-perusaha an TI di dunia sesuai laporan keuangannya. Telkom berhasil mengungguli perusahaan TI ternama di dunia seperti Google, Accenture, dan juga Dell. EVI RATNASARI

------------ ---

Status : BUMN

Sektor usaha : Telekomunikasi

Jumlah karyawan : 32 ribu

Peringkat 2005 : 4

------------ ---
Peringkat 7: PT Chevron Pacific Indonesia
Diuntungkan Kenaikan Harga Minyak

Chevron masih setia menempel Pertamina. Gaji dan citra perusahaan besar jadi andalannya.

Dibanding tahun lalu, memang posisi perusahaan yang dulu bernama PT Caltex Pacific Indonesia ini turun dua peringkat. Namun, Chevron menjadi satu-satunya perusahaan minyak yang tetap setia bersaing dengan Pertamina.

Tak ada perubahan alasan responden memilih perusahaan minyak asal San Ramon, California, Amerika Serikat, ini. Sebanyak 33,12% responden masih memilihnya karena iming-iming gaji yang menggiurkan. Selain itu, citra sebagai perusahaan besar (32,47%) dan karier (11,69%) tetap menjadi alasan responden terpikat pada perusahaan yang baru saja mengakuisisi Unocal ini.

Alasan responden tak keliru. Menurut sumber Warta Ekonomi, gaji di Chevron tergolong yang tertinggi dibandingkan perusahaan sejenis. Bagi mereka yang baru lulus kuliah tanpa pengalaman, Chevron menawarkan gaji Rp7-11 juta. Karyawan juga dimanja dengan fasilitas tempat tinggal dan mobil. Keuntungan lain, bonus berdasarkan kinerja karyawan dan keuntungan perusahaan, gratis biaya pengobatan, dan uang pensiun. Hanya saja, karyawan harus siap tinggal di daerah terpencil yang jauh dari gemerlapnya kota.

Di samping itu, mergernya dengan Texaco (2001) dan kiprahnya mengakuisisi Unocal (2005) menjadikan Chevron salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Pada 2005 saja produksi minyak Chevron mencapai 2,5 juta barel per hari.

Di Indonesia, Chevron awalnya bernama PT Caltex Pacific Indonesia. Akhir 2005, perusahaan minyak tersebut resmi berganti nama menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. Perusahaan yang telah 80 tahun beroperasi di Indonesia ini sempat memproduksi 1 juta barel minyak per hari. Kini, dari operasinya di Provinsi Riau melalui empat wilayah inti: Rumbai, Minas, Duri, dan Dumai, produksi minyak Chevron 450 ribu barel per hari.

Kenaikan harga minyak juga ikut mendongkrak citra Chevron sebagai perusahaan idaman. Saat ini harga minyak stabil di kisaran US$60-70 per barel. Namun, harga diperkirakan akan menembus US$100 per barel dalam 2-3 tahun ke depan. Sementara biaya produksi minyak mentah hanya US$8 per barel. Bisa dibayangkan keuntungan Chevron Indonesia yang memproduksi minyak mentah sebanyak 450 ribu barel per hari. Artinya, besar kemungkinan gaji maupun bonus karyawan meningkat signifikan.

Sementara itu, bagi karyawan yang mendambakan karier go international, bekerja di Chevron juga sangat menjanjikan. Perusahaan yang berdiri pada 1879 ini memiliki perwakilan di 180 negara di empat benua: Afrika, Asia, Amerika, dan Eropa. PRAYOGO P. HARTO

------------ ------

Status : PMA

Sektor usaha : Pertambangan minyak

Jumlah karyawan : 53 ribu (seluruh dunia)

Peringkat 2005 : 5

------------ ------
Peringkat 8: PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)
Perusahaan Untung, Karyawan pun Untung

Seiring perolehan keuntungan dan pertumbuhan Telkomsel, karyawannya juga memperoleh apresiasi. Penghasilan mereka lebih tinggi dibanding perusahaan lain.

Awalnya Nirwan Lesmana tak banyak tahu mengenai Telkomsel ketika mulai bekerja di perusahaan ini pada 1997. Maklum, saat itu industri telekomunikasi memang belum booming. Telkomsel sendiri baru mulai beroperasi pada 1995. Kini, pria berusia 36 tahun itu tak menyangka jika Telkomsel bisa besar dan menjadi operator selular nomor satu di Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya Telkomsel, karier alumnus Universitas Padjadjaran itu juga melaju. Dari hanya sebagai staf biasa, dalam waktu sembilan tahun Nirwan berhasil mencapai posisi general manager marketing. Ia juga emoh pindah ke “lain hati”, meskipun ada beberapa perusahaan sejenis yang menawarkan posisi lebih tinggi kepadanya.

Mengapa pria asli Bandung itu betah di Telkomsel? Pertama, menurut dia, Telkomsel masih akan tumbuh, sehingga tantangan dan jenjang karier di perusahaan ini masih menjanjikan. Kedua, ada apresiasi terhadap karyawan seiring perolehan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan. Di Telkomsel selalu ada evaluasi per kuartal. Jika perusahaan mengalami pertumbuhan, maka karyawan akan mendapatkan bonus sesuai prestasi dan unit bisnisnya. “Istilahnya, perusahaan untung, karyawan pun untung,” ujarnya.

Alasan itu jugalah yang menobatkan Telkomsel menjadi salah satu dari 10 perusahaan idaman karyawan tahun 2006. Berdasarkan riset Warta Ekonomi terhadap 1.000 orang karyawan, Telkomsel meraih 2,3% suara responden. Dari angka tersebut, 40,17% responden beralasan karena penghasilan di Telkomsel tinggi, 26,49% karena Telkomsel adalah perusahaan besar, dan 11,11% menyebut jenjang karier di Telkomsel menjanjikan.

Menurut Erik Meijer, vice-president marketing dan CRM Telkomsel, ada beberapa daya tarik Telkomsel sebagai tempat bekerja. Pertama, perusahaan ini banyak meraih prestasi. Tahun ini saja Telkomsel berhasil mengantongi tujuh penghargaan. “Itu semua membuat Telkomsel banyak dikenal orang,” ujarnya.

Kedua, kinerja perusahaan ini cukup fantastis. Jumlah pelanggannya terus meningkat. Semester I 2006, jumlah pelanggannya naik 6,5 juta dari posisi akhir 2005 yang 24 juta. Pendapatannya selama semester I 2006 juga meningkat 47% dibanding periode yang sama tahun lalu, dari Rp6,408 triliun naik menjadi Rp9,442 trili¬un.

“Setiap sukses yang diraih dibagi juga dengan karyawan sebagai bentuk apresiasi perusahaan,” papar Erik. Maka, penghasilan karyawan Telkomsel bisa lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di industrinya. “Bahkan, juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan di industri lain,” cetus Erik. EVI RATNASARI

------------ --

Status : PMDN

Sektor usaha : Telekomunikasi

Jumlah karyawan: 3.391

Peringkat 2005 : 9

------------ --
Peringkat 9: Citibank Indonesia
Anut Prinsip Meritocracy

Kebesaran Citibank membuat banyak karyawan menginginkan bekerja di sana. Penghargaan dan pelatihan karyawan pun rutin diberikan.

Sebagai salah satu bank terbesar di dunia, tak salah jika Citibank, NA termasuk perusahaan yang diidamkan sebagai tempat bekerja oleh sebagian besar pekerja di seluruh dunia, juga di Indonesia. Hasil survei Warta Ekonomi mengungkapkan Citibank berada di peringkat ke-9 sebagai perusahaan idaman tempat bekerja.

Alasan sebagian besar responden memilih Citibank adalah karena Citibank merupakan perusahaan besar (24,7%). Sisanya, responden beralasan Citibank memberikan pendapatan lebih besar kepada karyawannya (21,24%), menaikkan gengsi dan perusahaannya bonafide (17,7%).

Citibank, yang berdiri sejak tahun 1812, memang termasuk bank terbesar di dunia. Bank yang berbasis di AS ini beroperasi di lebih dari 50 negara di dunia. Lebih dari setengah dari 1.400 kantornya berada di AS.

Ishak Kurniawan, direktur HRD Citibank, NA, dapat menerima alasan Citibank adalah perusahaan besar sehingga pantas menjadi perusahaan idaman. Namun, ia tidak sependapat dengan alasan yang menyebutkan penghasilan di Citibank lebih besar. “Sebab, kami memberikan gaji sesuai dengan pasar industri perbankan nasional. Jadi, juga tidak tinggi-tinggi amat,” ujarnya.

Menurut Ishak, Citibank menganut prinsip dasar meritocracy, yaitu penghargaan hanya diberikan bagi mereka yang berprestasi. Penghargaan itu tidak melulu berupa uang, tetapi lebih berupa pengakuan. Misalnya, pengumuman lewat e-mail dan pemberian vocer makan di restoran. “Hal-hal kecil, tetapi yang membuat orang merasa dihargai,” ujar Ishak.

Pada sisi lain, Ishak mengungkapkan Citibank juga selalu mengadakan pelatihan bagi semua karyawannya. Pelatihan tersebut berupa fasilitas training dengan mendatangkan rekan senior Citibank dari luar negeri atau mengirim karyawan ke luar negeri untuk on the job training. “Jadi, karyawan setiap hari tertantang untuk belajar hal-hal baru,” katanya. Selain itu, ada juga program beasiswa sekolah S2 atau S3 di Universitas Prasetya Mulya Business School.

Dengan pelatihan itu, ujar Ishak, manajemen Citibank tak gentar apabila ada karyawannya yang mengundurkan diri. Sebab, Citibank sudah mempersiapkan kader-kader yang siap mengisi posisi-posisi kosong sehingga operasional bank tetap berjalan normal. “Manajemen kami sudah terbiasa dengan pengunduran diri yang terjadi di hampir semua level,” ungkapnya. IMAN HENDARTO

------------ --------- -

Status : PMA

Sektor usaha : Bank

Jumlah karyawan : 270.000 (global) dan 5.000 ( Indonesia)

Peringkat 2005 : 14

------------ --------- -
Peringkat 10: PT IBM Indonesia
Tak Hanya Berupa Gaji

Di IBM, karyawan banyak memperoleh fasilitas pengembangan diri. Itu penting untuk memelihara komitmen mereka.

Dengan memiliki lebih dari 330.000 pegawai di lebih dari 170 negara, International Business Machines Corporation (IBM) mengu¬kuhkan diri sebagai salah satu perusahaan teknologi informasi terbesar di dunia. Resmi berdiri pada 15 Juni 1911, IBM memiliki pendapatan US$96 miliar (2004). Perusahaan yang berkantor pusat di Armonk, New York , AS, ini memproduksi dan menjual perangkat keras komputer, perangkat lunak, dan jasa.

Oleh karena kebesarannya itu pula IBM masuk dalam 10 besar perusahaan yang paling diidamkan karyawan sebagai tempat bekerja dalam survei Warta Ekonomi terhadap 1.000 responden. Sebanyak 16,39% responden yang memilih IBM beralasan memilih IBM karena nama besarnya. Selain itu, 12% responden yang memilih IBM menganggap berkarier di IBM sangat menjanjikan bagi masa depan mereka, terutama kesempatan untuk bekerja di luar negeri. Namun, alasan terbanyak adalah karena penghasilan di IBM lebih besar (27,59%).

Akan tetapi, Audrey Wardana, country manager human resources PT IBM Indonesia, menuturkan faktor penghasilan bukanlah hal yang ditonjolkan IBM dalam memelihara komitmen karyawan. “Menurut data survei pihak ketiga, gaji yang kami berikan sangat kompetitif dibanding perusahaan sejenis lainnya,” ungkapnya.

Dalam memelihara komitmen karyawannya, IBM lebih memilih memfasilitasi mereka agar berkembang. Di antaranya melalui pemberian program Professional Development yang merupakan fasilitas intranet yang dapat dipakai setiap waktu oleh seluruh karyawan, seperti e-Learning Program, Global Campus, Updated Professional/ Technical Training, dan Management Development.

IBM juga memberikan program Working at Home yang memfasilitasi setiap karyawan apabila ingin bekerja dari rumahnya dengan penyediaan perangkat dan infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Ada juga pemberian program Compressed Working Day untuk karyawan yang ingin jam kerjanya lebih sedikit, misalnya 20 jam per minggu, karena sedang mengikuti pendidikan S2/S3 atau sedang mengalami masalah keluarga. “IBM menyadari bahwa karyawan harus memiliki work life balance,” papar Audrey.

Bagi IBM, penghargaan (reward) untuk karyawan yang berprestasi juga tidak selalu harus berupa uang. “Terkadang mereka juga butuh pengakuan,” ujar Audrey. Di antaranya, IBM selalu mengumumkan karyawan yang berprestasi, seperti berhasil dalam sebuah proyek, melalui pengeras suara yang terdengar ke seluruh kantor. IMAN HENDARTO

------------ ---

Status : PMA

Sektor usaha : Teknologi informasi

Jumlah karyawan : 330.000 (dunia)

Peringkat 2005 : 15

------------ --- 
Sumber: http://hengelbert.multiply.com


Artikel Terkait:

lintasberita

0 komentar:

Posting Komentar